Lukisan tersebut menggambarkan peradaban modern dalam krisis. Karya pelukis berusia 51 tahun mengalahkan empat finalis lainnya dalam kategori seniman profesional.
Salah satu tim dewan juri Agung Hujatnikajennong usai penganugerahan mengataman karya Kukuh menggambarkan emosinya secara visual.
Foto: Tia Agnes/detikHOT |
“Dia memandang evolusi dunia melalui sikap ekspresif yang terlihat dalam permainan warna yang berani,” kata Agung.
Saat jumpa pers, Hendro Wiyanto mengatakan pemenang kompetisi seni lukis UOB kali ini sempat diperdebatkan oleh tim dewan juri. “Ya artinya kami beradu argumen, mana konsepnya yang sesuai dengan tema sekaligus disetujui kami. Dalam setiap kompetisi kami kan selalu ada tiga komponen. Karya seni, seniman, dan juri. Kami tidak bisa mengatakan seniman yang pintar tapi bisa menghasilkan karya yang pintar atau juga sebaliknya,” kata Hendro.
Selain Kukuh Nuswantoro yang memenangkan tahun ini dengan lukisan ‘Kegelapan’, masih ada tiga pelukis kategori seniman profesional lainnya. Mereka adalah Citra Sasmita ‘Old Mountain and Imaginary Pillars’ (Gold Award), Decky Firmansyah ‘After Rain’ (Silver Award), dan I Wayan Arnata dengan ‘Foot Prints’ (Bronze Award).
Untuk kategori seniman pendatang baru Indonesia diraih oleh Alvian Anta Putera dengan ‘Discussion’ dengan predikat most promising Artist of the Year. Lalu ada Galih Reza Suseno ‘Ruang Epifani’, Bambang Nurdiansyah ‘Berburu Ego di Belantara Jiwa’, dan Anis Kurniasih ‘Penanda’.
(tia/nu2)